Rabu, 13 November 2013

XII IPA 2 : Ketika Belajar Pkn

Hari ini gue belajar sesuatu yang cukup penting bersama Aul, di bangku paling belakang yang biasanya menjadi singgasana Marsekal dan Khoolish. Bahwa sebenarnya, setiap orang memiliki nilai plus dan minus yang membuatnya berarti bagi orang lain. Juga bahwa sesungguhnya, setiap orang itu baik. Hanya saja ada beberapa hal buruk yang ia lakukan dan membuatnya dikenal seperti itu, meski pada dasarnya ia tetap melakukan hal baik.
            Nah, bicara mengenai beberapa hal buruk, hari ini XII IPA 2 kembali melakukan rutinitasnya saat pelajaran PKn berlangsung, yaitu tidur berjamaah. Gue juga melakukannya, sementara Aul mendengarkan musik melalui my beloved headset, dan beberapa anak lainnya mengobrol dengan riang tanpa memerhatikan guru di depan.
Jika dilihat dari sudut pandang guru atau orang dewasa, hal yang kami lakukan jelas merupakan contoh sikap yang amat buruk. Secara tidak langsung, kami tidak menghargai dan tidak menghormati guru kami. Namun jika dilihat dari sudut pandang kami, layaknya remaja normal, hal itu hanya satu di antara segelintir hal konyol yang kami lakukan tanpa maksud jahat. Yah karena pada dasarnya, dewasa ini, setiap anak lebih suka melakukan hal yang akan membangkitkan rasa penasaran, bukan hanya mendengarkan penjelasan.
Melalui posting ini, gue dan segenap rakyat XII IPA 2 memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada guru PKn kami yang “berbudi luhur-berwawasan luas-baik hati-tidak sombong-selalu sabar”. Sebenarnya kami menghargai dan menghormati Anda, Pak. Kami bahkan sangat bersyukur karena diajar oleh Bapak. Hanya saja kami ini—para remaja yang rentan galau—tetap melakukan beberapa hal yang tidak seharusnya dilakukan, dan berhubung Bapak orang yang “berbudi luhur-berwawasan luas-baik hati-tidak sombong-selalu sabar” kami mohon maafkan kami. Semoga di masa yang akan datang Bapak bisa mendapat murid yang lebih baik dari kami. Salam PKn!
Untuk seluruh penghuni XII IPA 2, gue sama sekali tidak menyesal sudah mengikuti kalian untuk berbuat hal-hal konyol seperti itu, karena gue tahu dua puluh tahun dari sekarang gue akan tersenyum saat mengenangnya.
Okay, here we go with unbelieveble moment! Enjoy it, guys! J

Hari Pulang Cepet, 13-11-13
Setelah main flow karena nggak sanggup ngerjain Fisika

Dan diiringi lagu It Will Rain versi Boyce Avenue

 Tim ngobrol bareng a.k.a Konfrensi Meja Kotak hehehe

 Grup Arif yang lagi presentasi dan Gulardi yang lagi baca~

and the best student in the world goes to them! hahaha
di ujung ada Widyo, terus Bara, dan terakhir Lubna yang tidurnya elegan~ peace yak!

dan ini dia duo iseng yang sibuk paparazzi meskipun kameranya cacat hoho

Senin, 11 November 2013

Keep Looking Up

Hari ini gue menyadari satu poin penting dalam keluarga yang selama ini luput dari perhatian gue. Bahwa hubungan antara orangtua dan anak yang tidak harmonis dapat menjadi penyebab utama penyakit hati. Kalian tahu apa yang gue maksud dengan penyakit hati? Yaitu perasaan dimana sang anak merasa sendiri, tidak berdaya untuk memilih, dan pada akhirnya membiarkan dirinya terkubur bersama bayang ekspektasi dan asumsi.
            Satu waktu dalam hidup gue, ada kalanya gue membiarkan diri gue berkubang dalam penyakit itu. Namun seiring berjalannya waktu, gue mencoba untuk mencari obat, yaitu dengan cara menghilangkan rasa peduli. Menghapus empati. Karena ketika kita memedulikan seseorang atau sesuatu begitu rupa, kita akan merasakan sakit yang teramat sangat dalam prosesnya.
            Jadi, gue memutuskan untuk bersikap tidak peduli. Gue mengabaikan setiap kejadian buruk supaya gue nggak merasakan sakit semacam itu lagi. Gue bahkan tidak berusaha untuk memperbaiki, gue hanya terus menghindar dan lari. Selama beberapa saat hal itu bisa sangat efektif; gue bisa sekolah, belajar, dan bergaul seperti biasa.
            Tapi hari ini mengubah segala pemikiran gue itu.
            Hari ini ada satu masalah yang terjadi dengan melibatkan orangtua dan adik gue, lalu pada akhirnya menyadarkan gue bahwa selama ini obat yang gue pakai itu hanya membawa efek yang lebih buruk lagi. Gue bersikap tidak peduli, tanpa sadar bahwa hal itu menyakiti orang-orang yang gue cintai. Tanpa sadar gue membuat orang-orang itu harus berjuang sendiri.
            Gue menyesal sudah bersikap seperti itu. Benar-benar menyesal. Kenapa gue nggak lebih kuat? Kenapa gue nggak lebih bijak? Dan ada jutaan pertanyaan kenapa lainnya yang mengikuti. Tapi pada akhirnya, yang harus gue lakukan bukan bertanya-tanya. Gue harus mengubahnya.
            Gue berharap setelah kejadian ini—yang belum gue tahu bagaimana cara menyelesaikannya—gue akan menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih bijak untuk orang-orang yang gue cintai itu.
            Mungkin gue akan terjatuh-terluka-terkubur dalam prosesnya, namun gue tidak bisa berhenti berusaha. Karena mereka, orang-orang yang gue cintai itu, membutuhkan gue. Sama seperti gue membutuhkan mereka. Dan gue tidak bisa selamanya hanya membiarkan mereka berjuang sendiri. Gue juga harus berjuang bersama mereka.
            Untuk hidup yang lebih baik, dengan kebahagiaan sederhana yang melingkupi.

Hari Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih, 11-11-13

Setelah dengar Sena nangis dan galau mikirin Biologi

Sabtu, 09 November 2013

XII IPA 2 : Nonton Bareng Final Destination 5

Hari Sabtu adalah hari di mana pelajaran nggak jelas berkumpul menjadi satu. Kemalasan yang membayangi langkah gue di hari Sabtu benar-benar nggak ada duanya. Khususnya hari Sabtu ini, setelah melewati jam pelajaran bahasa Arab yang moodbreaker parah, dilanjut bahasa Indonesia yang melibatkan kemurkaan sang guru. Untungnya Allah SWT masih memberikan keadilan bagi seluruh rakyat XII-IPA 2 karena PLH di jam pelajaran terakhir kosong.
            Seperti yang pernah gue ceritakan di bab Part of Introducing, XII-IPA 2 selalu memiliki segudang cara untuk membunuh bosan demi menunggu bel pulang bernyanyi. Dan hari ini, segenap rakyat XII-IPA 2 memutuskan untuk menonton film Final Destination 5. Mulai dari yang paling bawel, paling religius, sampai yang paling centil, semua berkumpul di depan laptop Ilham demi menonton film itu.
            Dan kalian tahu apa bagian terbaiknya? Mereka berteriak heboh di setiap adegan kematiannya. Benar-benar berteriak super kompak!
Ekspresinya pun beragam. Ada yang tutup mata; Bara. Ada yang jejeritan tapi tetap melotot; Anneke. Ada yang pasang muka mual; Cibow. Ada yang pasang muka kalem; Hafiz. Ada yang tetap ngoceh sepanjang jalan; Ferdy. Ada yang senyum geli; Widyo. Dan ada yang manjat bangku demi lihat adegan sadisnya; Shinta aka Cici aka John Lennon—hehe peace ya, Ci.
See ya in next chapter ‘bout XII-IPA 2~

Hari Pakai Baju Pramuka, 9-11-13
Setelah berjibaku dengan Biologi dan menuju PLH
Diiringi lagu Galaxy Supernova-nya SNSD


Ini dia foto hasil paparazzi yang berhasil gue lakukan yeah~ 


Jangan bosan ngelakuin hal-hal konyol ya, guys ;)

Jumat, 08 November 2013

XII IPA 2 : Goes to Suka Mantri

4 November 2013 adalah salah satu hari paling berkesan sepanjang 16 tahun 9 bulan 3 hari hidup gue. Tanpa sedikit pun prasangka apalagi bayangan, gue pergi ke Suka Mantri bersama seluruh warga XII-IPA 2 untuk pengambilan foto buku tahunan. Tapi di sini gue nggak akan membahas tentang acara fotonya, karena gue mau membahas tentang rasa kekeluargaan yang tumbuh di antara siswa/siswi XII-IPA 2.
            Dimulai ketika kami berkumpul di depan hall untuk berangkat ke Suka Mantri. Setelah menunggu selama kira-kira empat puluh menit, kami semua akhirnya berkumpul. Tanpa diduga, Bara memutuskan untuk mengikuti lomba Sport 7 yang sedang berlangsung di hall yaitu stand up comedy. Meski kami terburu-buru dan dibayangi ketakutan akan kehujanan di jalan, kami tetap mendukung Bara dan tertawa pada jokes-nya yang terpusat pada pacar barunya.
            Kami berangkat dari sekolah sekitar pukul 4 sore dengan menggunakan dua mobil dan puluhan motor. Setelah mendaki gunung, melewati lembah, dan mengarungi ciliwung, kami sampai di sana ketika matahari tergelincir-terpeleset-tersoledad memasuki peraduannya.
            Jujur saja, jalan menanjak dan memutar untuk mencapai Suka Mantri sangat amat ekstrem. Gue sama sekali tidak pernah membayangkan akan melalui jalan seperti itu, terlebih ketika kabut menyelimuti dan hanya dengan beberapa orang tersisa. Rombongan kecil yang mendaki bersama gue adalah Ilham, Gulardi, Arif, Widyo, Khoolish, Aruum, Anneke, Riska Comeh dan sugar glider milik Widyo.
            Jalan berbatu-batu diiringi gerimis yang menitik membuat tingkat kesulitan semakin tinggi. Apalagi dengan adanya jurang-jurang di kedua sisi jalan dan tidak adanya lampu, kami semua begitu tegang. Gue yakin, para cowok yang membonceng cewek pasti merasa takut setengah hidup karena mereka tidak hanya mempertaruhkan nyawa mereka sendiri. Sekali mereka kehilangan keseimbangan, maka hanya Allah SWT yang tahu bagaimana kelanjutannya.
            Untungnya, Allah SWT masih melindungi kami. Dengan tubuh yang lelah dan jantung nyaris keluar dari rusuk, kami semua sampai di Suka Mantri. Udaranya dingin menggigit dan pemandangannya sangat indah. Di salah satu warung bermandikan cahaya dari lentera, kami menghabiskan petang dengan saling membagi makanan.
            Kemudian masalah sesungguhnya muncul. Kami terlalu lama berada di atas dan nyaris kehabisan waktu untuk turun ke bawah. Risikonya terlalu tinggi karena jalan bertebing curam tanpa penerangan jalan, ditambah kenyataan bahwa hujan mengguyur dengan sempurna. Akhirnya kami mengambil keputusan untuk segera turun dan saling memercayai satu sama lain. Kami bekerja sama untuk saling menjaga dan menguatkan selama proses turun berlangsung.
Setelah kami semua turun dengan selamat, gue mulai berpikir ulang tentang segala hal yang terjadi, dan memutuskan untuk menulis bagian-bagian terbaik dari perjalanan nekat kami.
            Kami menemukan kepercayaan, kerja sama, dan cinta untuk sesama saudara—meski di antaranya ada yang cinlok juga loh :p hehehe—di tempat bernama Suka Mantri. Ketika jiwa menjadi taruhannya, kami semua berhasil menyatukan setiap keping kepribadian demi keselamatan bersama.
            Gue rasa nggak ada satu pun kata yang pada akhirnya sanggup menggambarkan perasaan gue dan seluruh warga XII-IPA 2 ketika kami pulang dari tempat itu. Namun satu hal yang nampak jelas adalah kami semakin menghargai satu sama lain, juga setiap momen yang terjadi. Kami tidak membiarkan satu momen pun terlewati.
            Gue menyadari bahwa ketika kami terpaksa harus mempertaruhkan nyawa di jalan itu, kami tidak bisa meminta tolong pada orang lain. Biasanya kami pasti akan memanggil orangtua, mengandalkan pacar, atau teman, namun kali itu kami benar-benar harus berjuang sendiri.
Itulah pelajaran paling berharga yang gue dapatkan. Bahwa suatu hari nanti, suka tidak suka, mau tidak mau, akan datang saatnya ketika keadaan tidak memungkinkan kita untuk meminta tolong pada orang lain. Kita harus berjuang sendiri, apalagi jika melibatkan nyawa di dalamnya. Kita hanya bisa menyelamatkannya dengan usaha kita sendiri.
Untuk Ilham, terima kasih sudah membawa gue dengan selamat. Untuk Cibow, terima kasih sudah mengkhawatirkan muka pucat gue. Untuk Marsekal, terima kasih untuk pinjaman jaket barunya. Untuk Moudy, terima kasih untuk pelukan penenangnya. Untuk Aul, terima kasih untuk sesi curhat di depan warung. Untuk Lubna dan pacarnya, terima kasih sudah mengizinkan gue menumpang di mobil kalian dalam perjalanan pulang.
Dan untuk XII-IPA 2, terima kasih untuk pengalaman yang begitu berharga ini.

NB : Bara dapat juara 3 di stand up comedy loh, yeah~ standing applause for Bara :D

Hari Pakai Kerudung, 8-11-13
Setelah makan malam ditemani sukro

Dan diiringi lagu Mirrors versi Boyce Avenue

Jumat, 01 November 2013

Analogi Jalan Menuju Cita-cita

Bukankah ada banyak hal yang dapat dianalogikan dengan kehidupan?
Beberapa hari yang lalu gue menyadari, bahwa setiap hal yang ada di sekitar kita dapat kita pahami dengan cara yang lebih sederhana.
            Salah satunya adalah meraih cita-cita.
            Menurut gue, secara garis besar ada dua kondisi yang dapat menjadi jalan untuk meraih cita-cita. Yaitu jalan yang terang karena disinari cahaya, dan jalan yang gelap karena tidak disinari cahaya. Singkatnya; orang yang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam ekonomi.
            Bayangkan ada dua orang dalam dua ruangan berbeda. Di ruang pertama terdapat si A dengan disinari cahaya, dan di ruang ke dua terdapat si B yang diselimuti kegelapan. Menurut kalian, siapa yang lebih mudah keluar dari ruangan tersebut?
            Menurut gue, tidak ada satu pun yang merasa lebih mudah untuk keluar dari ruangan itu.
Untuk kasus A, dia memiliki kelebihan untuk lebih cepat menemukan pintu keluar. A melihat pintu keluar tersebut. Ia bisa menghindari kursi yang menghalangi langkahnya, juga memindahkan paku dari jalannya. Namun bersamaan dengan itu, dia pun harus melihat segala hal dalam ruangan itu, yang berisi banyak barang bagus juga menarik. A memiliki kesempatan untuk mencapai pintu keluar dengan cepat, atau membiarkan dirinya untuk tetap di dalam ruangan dan menikmati hal-hal menarik itu selama sesaat.
Sementara untuk kasus B, dia memiliki kesulitan untuk melihat pintu keluar dan sering terjatuh dalam proses mencari pintu tersebut. B akan lebih mudah menyerah, karena tidak ada hal yang lebih menakutkan selain melawan musuh yang tak terlihat. Namun dia tidak harus melihat segala hal dalam ruangan itu, sehingga dia tidak akan terjerat di dalamnya. Ketika B berhasil menepikan ketakutannya, dia pasti akan lebih mudah memerintah dirinya untuk tetap berjuang menuju pintu keluar itu, karena memang tidak ada hal lain yang bisa dilihatnya.
Pada dasarnya A dan B memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. A memiliki jalan yang sudah terlihat, namun harus menahan dirinya agar tidak menuju jalan lain. Sedangkan B tidak dapat melihat jalannya, namun dapat dengan mudah memerintahkan dirinya hanya untuk meniti jalan itu. A mendapat jalan yang nampak jelas di matanya, sementara B mendapat motivasi dan keteguhan hati.
Dari dua kasus tersebut, gue mendapat satu kesimpulan : kelebihan dan kekurangan selalu datang dalam satu paket. Hanya bagaimana cara kita menghadapi dan menyikapinya yang membuatnya berbeda. Kita bisa mengubah kekurangan menjadi kelebihan, ataupun mengubah kelebihan menjadi kekurangan.
Yang mana pun dari dua hal tersebut, seluruh keputusannya ada di tangan kita.
Kita yang membuat pilihan.

Hari Kedua Try Out II, 01-11-13
Setelah gereget karena nggak bisa streaming The Heirs

Dan malas kuadrat buat berkubang bersama tugas