Dalam posting kali ini gue ingin menyuarakan pertanyaan dalam pikiran
gue, dengan menitikberatkan pada persoalan yang sudah terjadi berulang kali dan
dilakukan secara turun-temurun di sekolah gue yaitu larangan untuk pulang
terlebih dahulu. Ada beberapa siswa, sebut saja kelompok A, yang selalu
memblokade pintu gerbang dan memerintahkan siswa lainnya untuk berkumpul di
aula sekolah demi kepentingan mereka yang sesungguhnya tidak termasuk dalam
peraturan mana pun di sekolah.
Jujur saja, hal ini
membuat gue merasa keberatan dan sangat terganggu.
Gue tidak mengatakan
bahwa mereka salah, gue hanya ingin mengatakan bahwa kami memiliki pola pikir
dan prioritas yang berbeda. Setiap manusia pasti berbeda, namun tetap mampu
bekerja sama jika dilandasi kerelaan dan ketulusan. Lalu ketika seseorang tidak
bersedia untuk bekerja sama, dikarenakan satu dan lain hal, haruskah pihak
lainnya itu memaksa? Jika memang memaksa telah dihalalkan dalam kasus ini, untuk
apa lagi ada HAM di dunia? Terlebih lagi, apakah pantas seseorang memaksakan
kehendak terhadap orang lain di era kemerdekaan berbalut demokrasi ini?
Gue tahu alasan yang
menjadi latar belakang kelompok A mengumpulkan siswa-siswa adalah alasan yang
penuh solidaritas dan menjunjung tinggi nilai sosial. Mereka memiliki keinginan
untuk ikut berjuang bersama demi mengharumkan nama sekolah. Mereka berkorban
demi kepentingan bersama. Namun haruskah mereka melakukan pemaksaan terhadap
individu?
Untuk gue khususnya, gue
tidak bisa mengikuti keinginan mereka karena kondisi kehidupan gue yang tidak
memungkinkan. Gue memiliki prioritas lain, yang menurut diri gue, jauh lebih
berharga dari pada berkumpul di aula sekolah untuk menghapalkan beberapa lagu. Gue
memiliki tanggung jawab untuk membalas kebaikan orang-orang yang telah
menanggung hidup gue. Jika mereka memang salah satu dari orang itu, maka dengan
senang hati gue akan mengikuti keinginan mereka tersebut. Tapi mereka bukan
salah satu dari orang yang menanggung hidup gue. Mereka tidak memberi gue uang
untuk makan atau biaya sekolah, tidak pula membantu gue untuk masuk ke PTN yang
gue tuju.
Tentu saja, tidak semua
hal bisa dinilai dengan uang, gue pun tidak bermaksud menyinggung mereka dalam
penyuaraan pikiran gue ini, namun gue hanya ingin memberikan satu contoh yang
lebih mudah untuk dipahami.
Sebenarnya, apa tujuan
utama kita untuk pergi ke sekolah? Demi menuntut ilmu, bukan? Tidak untuk
mencari teman apalagi bergantung dan menomorsatukan teman. Teman adalah sesuatu
yang berharga, namun tetap hanya sebatas untuk menjadi seseorang yang kita
kenal dan temui di sekolah.
Alasan yang
melatarbelakangi gue untuk menulis ini adalah karena gue merasa tidak memiliki
kewajiban untuk melakukan hal lain diluar peraturan sekolah yang telah gue
tanda-tangani. Pasalnya, dalam peraturan sebanyak kira-kira setengah lusin
kertas HVS itu, tidak tercantumkan keharusan gue untuk ikut berkumpul di aula
sekolah menjadi suporter dalam pertandingan atau perlombaan apa pun. Inilah yang
membuat gue berani untuk mengungkapkan pikiran, karena gue merasa berhak untuk
memilih pulang dibanding dengan berkumpul di aula.
Persoalan ini hanyalah
kasus sederhana yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan, apalagi di
detik-detik terakhir menjelang Ujian Nasional. Pada intinya kami hanya memiliki
prioritas berbeda dan kami tidak mau mengalah. Kelompok A ingin agar gue tetap
di sekolah untuk mendukung agenda kegiatan mereka, sementara gue ingin pulang
untuk belajar dan beristirahat. Sungguh sederhana, bukan?
Hal semacam ini seharusnya tidak lagi menjadi
permasalahan orang-orang yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk yang mana
menunjukkan kedewasaan. Namun sekali lagi, teori bahwa kedewasaan tidak ditentukan
oleh umur terbukti benar. Karena kami, orang-orang yang telah berusia tujuh
belas tahun atau lebih ini tetap tidak bisa menghargai pendapat masing-masing
dan saling memaksakan kehendak.
Gue hanya bisa berharap
bahwa kedepannya mereka akan lebih memahami makna sesungguhnya dari Hak Asasi Manusia
dan prioritas individual, agar kami tidak perlu lagi berselisih paham dan
saling mengejek di depan gerbang. Gue juga mendoakan agar kegiatan apa pun yang
mereka lakukan akan berjalan lancar dan membawa berkah juga kebaikan untuk
bersama. Amin.
Memang benar manusia
yang mengetahui keinginannya lalu memperjuangkannya adalah manusia yang
berharga, namun manusia akan menjadi lebih berharga ketika tahu bagaimana
caranya untuk menghormati hak dan pilihan manusia lainnya.
Hari Terakhir Try Out Ke-III, 22-01-14
Setelah sampai dengan selamat di kamar
Ditemani
lagu Playing God dari Paramore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar