Mencintaimu tak pernah mudah bagiku.
Namun aku tetap teguh, tak kubiarkan jiwaku disesap
ragu. Aku melihatmu sebagai seseorang yang sudah selayaknya berada di hidupku. Seluruh
risiko itu sepadan untuk memperjuangkanmu. Membawamu dalam hidupku. Kamu bukan
pilihanku, namun hati ini memilihmu.
Entah sejak kapan, kamu menjadi pusat
semestaku. Kamu menjadi bagian permanen dalam hidupku, membuatku tak lelah
menyambut hari karena kutahu akan melihatmu. Kamu datang dengan luka yang tak
kusangka mampu menghapus dukaku. Aku tak lagi rapuh, karena aku mengharapmu
untuk bersandar padaku. Membagi harimu bersamaku.
Namun aku hanya sanggup menatap punggungmu,
memuja bayangmu. Bersama jiwa yang merindu, berselimut angan penuh ragu. Hanya melihatmu
ketika kamu berlalu, sungguh hanya mampu membisikkan namamu dalam kalbu.
Kamu berdiri bagaikan matahari abadi yang mengiris
hati. Begitu nyata, namun tak kan pernah termiliki. Kamu menerima seluruh cela
hingga mendekapnya menjadi sempurna. Kamu membuatku melihat sesuatu yang tak
kuduga akan mengubahku.
Ya, itulah dirimu. Yang kuberi hatiku, bahkan
tanpa perlu kamu tahu.
Lambat-laun, seiring berlarinya waktu, kamu
menghampiriku. Kamu membagi senyum juga tawamu. Kamu menceritakan
mimpi-mimpimu. Membuatku selalu bersyukur, karena aku tak lagi harus
bersembunyi dalam bayang-bayang hanya untuk melihatmu. Kamu ada dan menjadi
nyata dalam hidupku.
Dan aku tersadar, aku tak hanya memberimu
hatiku. Aku telah merelakan seluruh rasaku. Jika ada satu kata yang mampu
menggambarkannya, biarlah satu kata itu menjadi pengingatku tentang dirimu.
Kamu dan aku selayaknya
angin yang meniup daun. Hanya membiarkan cinta berlalu, berdiam diri sementara
hati membeku. Tak tahukah kamu bahwa waktu tak mungkin kembali padamu? Waktu hanya
merenggut, lalu menghilang dibalik serpihan abu.
Kamu dan aku tak kan
pernah menemukan muara. Setiap langkah yang kita lalui hanya membawa perih ini
pada jalan yang sepi. Jalan yang tak menyatukan kita di akhir nanti. Jalan yang
terus berputar, memaksa kita berdiri tegak dengan hati tak terselamatkan.
Hari demi hari yang
berlari hanya memberi satu kenyataan pasti; kamu dan aku tidak akan berada
dalam satu kata memiliki.
Mencintaimu sungguh tak
mudah bagiku. Namun sekalipun aku harus terjatuh dan menunggu, aku akan tetap
mencintaimu.
Sabtu, 26-04-14
Coretan hati selama Ujian Nasional
Based on true story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar