Anime yang berhasil menggugah hati gue untuk menulis kesan adalah Psycho-Pass.
Harus gue akui film ini terlalu ‘jelas’ dalam menampilkan kejahatan dan
komplotannya—yang mana membuat gue nggak nafsu makan juga melipat jidat selama
nonton—tapi di atas semua itu, gue menemukan banyak hal menarik dalam anime
kejam ini.
Psycho-Pass mengangkat cerita dari masa depan, di mana era teknologi canggih
yang serba otomatis bisa menentukan takdir seseorang hanya dengan membaca
gelombang emosinya. Mereka memiliki suatu sistem yang dinamakan Sybil System.
Nah, sistem ini berfungsi untuk memutuskan apakah orang tersebut baik, jahat,
cerdas, bodoh, berhak untuk meraih cita-cita, atau hanya sekadar sampah
masyarakat.
Dalam satu dan lain hal, sistem ini sangat efektif. Contohnya, tindak kejahatan
bisa diminimalisir dan ketertiban bisa diwujudkan secara nyata, karena ketika
seseorang terdeteksi memiliki warna Psycho-Pass yang gelap, orang itu akan
dimasukkan ke dalam rehabilitasi demi mencegah kejahatan yang mungkin
dilakukannya. Menurut gue pribadi, dasar hukumnya sedikit mirip dengan Minority
Reports, hanya saja kemasan cerita dan karakter Psycho-Pass lebih menarik dan
lebih kejam.
Di sisi lain, Sybil System ini pun memiliki banyak kekurangan juga keburukan.
Sistem canggih ini mampu menghancurkan hidup seseorang dan membuatnya
terasingkan dari masyarakat hanya karena sistem ini memutuskan bahwa warna
Psyco-Pass orang itu gelap. Ketika orang itu mencapai angka yang melebihi batas
normal Koefisien Kriminal, ia akan dilabeli dengan sebutan Kriminal Lethal dan
mustahil baginya untuk kembali ke kehidupan normal. Satu-satunya pilihan yang
tersisa, jika ia memiliki bakat adalah dengan menjadi Penegak di Biro
Keselamatan Publik. Istilah kasarnya menjadi anjing pemburu milik polisi dan
melakukan hal-hal kotor seperti mengeksekusi tersangka kriminal.
Di tempat inilah kita berkenalan dengan Kougami Shinya, seorang mantan
inspektur yang karena suatu kasus akhirnya dilabeli dengan sebutan Kriminal
Laten dan menjadi Penegak. Lawannya adalah Makishima Shougo, seorang pria
tampan berambut putih dengan warna Psycho-Pass yang selalu cerah meskipun ia
sedang membunuh. Ya, benar, lawan Kougami adalah seseorang yang tidak tersentuh
Dominator—senjata dengan kemampuan menghitung Koefisien Kriminal dan memutuskan
jenis tembakan yang sesuai.
Sejak awal film ini menyuguhkan karakter-karakter unik yang kuat dengan caranya
masing-masing. Tapi di antara seluruh karakter itu, karakter favorit gue adalah
Makishima Shougo, sang penjahat utama. Kenapa? Karena dia ganteng, cute,
matanya melelehkan hati, pinter, tegas, dan punya pola pikir yang menarik. Gue
ngerti pertanyaan-pertanyaan juga penilaian Makishima terhadap hidup. Meskipun
dalam kasus berbeda, tapi gue tahu alasan dari seluruh kejahatannya itu
sederhana; dia hanya ingin hidup yang normal. Dia berharap kemajuan teknologi
akan berjalan seiringan dengan kemajuan sumber daya manusia. Bukan berarti
caranya benar dengan melakukan pembunuhan dan sebagainya, tapi gue mengagumi
pola pikirnya.
Setelah merampungkan anime ini, gue belajar beberapa hal. Satu, kita harus
punya sikap pantang menyerah bahkan meskipun hukum berlaku tidak adil. Dua,
hukum itu ada bukan untuk melindungi kita, tapi kitalah yang melindungi hukum
dan berjuang untuk mendapat keadilan seperti yang seharusnya. Dan tiga, hidup
ini meskipun terkadang kejam, namun tetap memberi kita pilihan.
Gue akhirnya sadar bahwa seburuk apa pun pilihan yang
tersedia di hidup gue, setidaknya gue masih bisa memilih. Jadi ketika gue nanti
memilih, gue akan menyesal, lalu berusaha untuk membuatnya menjadi pilihan
terbaik dan mensyukurinya.
Hidup tidak akan selalu berakhir bahagia, tapi setidaknya kita bisa membuat
akhir yang lebih baik.
P.S : Anime ini ada season 2-nya. Tapi karena nggak ada Kougami dan nggak ada yang ganteng juga, gue nyerah di episode 7 XD #plaaaak
Sampai ketemu di review selanjutnya~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar