4 November 2013 adalah salah satu hari paling berkesan sepanjang 16
tahun 9 bulan 3 hari hidup gue. Tanpa sedikit pun prasangka apalagi bayangan,
gue pergi ke Suka Mantri bersama seluruh warga XII-IPA 2 untuk pengambilan foto
buku tahunan. Tapi di sini gue nggak akan membahas tentang acara fotonya, karena
gue mau membahas tentang rasa kekeluargaan yang tumbuh di antara siswa/siswi
XII-IPA 2.
Dimulai ketika kami
berkumpul di depan hall untuk
berangkat ke Suka Mantri. Setelah menunggu selama kira-kira empat puluh menit,
kami semua akhirnya berkumpul. Tanpa diduga, Bara memutuskan untuk mengikuti
lomba Sport 7 yang sedang berlangsung
di hall yaitu stand up comedy. Meski kami terburu-buru dan dibayangi ketakutan
akan kehujanan di jalan, kami tetap mendukung Bara dan tertawa pada jokes-nya yang terpusat pada pacar
barunya.
Kami berangkat dari
sekolah sekitar pukul 4 sore dengan menggunakan dua mobil dan puluhan motor. Setelah
mendaki gunung, melewati lembah, dan mengarungi ciliwung, kami sampai di sana
ketika matahari tergelincir-terpeleset-tersoledad memasuki peraduannya.
Jujur saja, jalan
menanjak dan memutar untuk mencapai Suka Mantri sangat amat ekstrem. Gue sama
sekali tidak pernah membayangkan akan melalui jalan seperti itu, terlebih ketika
kabut menyelimuti dan hanya dengan beberapa orang tersisa. Rombongan kecil yang
mendaki bersama gue adalah Ilham, Gulardi, Arif, Widyo, Khoolish, Aruum,
Anneke, Riska Comeh dan sugar glider
milik Widyo.
Jalan berbatu-batu
diiringi gerimis yang menitik membuat tingkat kesulitan semakin tinggi. Apalagi
dengan adanya jurang-jurang di kedua sisi jalan dan tidak adanya lampu, kami
semua begitu tegang. Gue yakin, para cowok yang membonceng cewek pasti merasa
takut setengah hidup karena mereka tidak hanya mempertaruhkan nyawa mereka
sendiri. Sekali mereka kehilangan keseimbangan, maka hanya Allah SWT yang tahu
bagaimana kelanjutannya.
Untungnya, Allah SWT
masih melindungi kami. Dengan tubuh yang lelah dan jantung nyaris keluar dari
rusuk, kami semua sampai di Suka Mantri. Udaranya dingin menggigit dan
pemandangannya sangat indah. Di salah satu warung bermandikan cahaya dari
lentera, kami menghabiskan petang dengan saling membagi makanan.
Kemudian masalah
sesungguhnya muncul. Kami terlalu lama berada di atas dan nyaris kehabisan
waktu untuk turun ke bawah. Risikonya terlalu tinggi karena jalan bertebing
curam tanpa penerangan jalan, ditambah kenyataan bahwa hujan mengguyur dengan
sempurna. Akhirnya kami mengambil keputusan untuk segera turun dan saling
memercayai satu sama lain. Kami bekerja sama untuk saling menjaga dan
menguatkan selama proses turun berlangsung.
Setelah kami semua turun dengan selamat, gue
mulai berpikir ulang tentang segala hal yang terjadi, dan memutuskan untuk
menulis bagian-bagian terbaik dari perjalanan nekat kami.
Kami menemukan
kepercayaan, kerja sama, dan cinta untuk sesama saudara—meski di antaranya ada
yang cinlok juga loh :p hehehe—di tempat bernama Suka Mantri. Ketika jiwa
menjadi taruhannya, kami semua berhasil menyatukan setiap keping kepribadian
demi keselamatan bersama.
Gue rasa nggak ada satu
pun kata yang pada akhirnya sanggup menggambarkan perasaan gue dan seluruh
warga XII-IPA 2 ketika kami pulang dari tempat itu. Namun satu hal yang nampak
jelas adalah kami semakin menghargai satu sama lain, juga setiap momen yang
terjadi. Kami tidak membiarkan satu momen pun terlewati.
Gue menyadari bahwa
ketika kami terpaksa harus mempertaruhkan nyawa di jalan itu, kami tidak bisa meminta
tolong pada orang lain. Biasanya kami pasti akan memanggil orangtua,
mengandalkan pacar, atau teman, namun kali itu kami benar-benar harus berjuang
sendiri.
Itulah pelajaran paling berharga yang gue
dapatkan. Bahwa suatu hari nanti, suka tidak suka, mau tidak mau, akan datang
saatnya ketika keadaan tidak memungkinkan kita untuk meminta tolong pada orang
lain. Kita harus berjuang sendiri, apalagi jika melibatkan nyawa di dalamnya. Kita
hanya bisa menyelamatkannya dengan usaha kita sendiri.
Untuk Ilham, terima kasih sudah membawa gue
dengan selamat. Untuk Cibow, terima kasih sudah mengkhawatirkan muka pucat gue.
Untuk Marsekal, terima kasih untuk pinjaman jaket barunya. Untuk Moudy, terima
kasih untuk pelukan penenangnya. Untuk Aul, terima kasih untuk sesi curhat di
depan warung. Untuk Lubna dan pacarnya, terima kasih sudah mengizinkan gue
menumpang di mobil kalian dalam perjalanan pulang.
Dan untuk XII-IPA 2, terima kasih untuk
pengalaman yang begitu berharga ini.
NB : Bara dapat juara 3 di stand up comedy loh, yeah~ standing applause for Bara :D
Hari Pakai Kerudung, 8-11-13
Setelah makan malam ditemani sukro
Dan diiringi lagu Mirrors versi Boyce Avenue
Haha makasih ucapan selamatnya, fua agak merinding baca pesan kesannya, bagus bgt. Lanjutkan nui~
BalasHapusYoha~ masama bar hehehe siap laksanakan :D makasih juga commentnya (y)
Hapus