Satu hal yang selalu
gue lakukan demi menghalau kegalauan akut akibat single stadium akhir adalah menonton film roman. Ya-ya-ya gue tahu
itu sesat, karena justru semakin membuat gue gigit jari dan kadang menggaruk
layar laptop ketika melihat adegan-adegan manis melelehkan hati yang dilakoni
oleh sang aktor bersama aktrisnya. Namun apalah daya, memang salah satu efek
samping dari single adalah punya
kelebihan hormon “manja bin alay” yang harus disalurkan demi keadilan sosial
bagi seluruh rakyat yang hidup di sekitar gue.
Jadiiiii, sampailah gue pada keputusan
untuk menonton film The Vow pada tengah malam buta dengan ditemani Chiara—boneka
kelinci kesayangan gue yang sudah menyandang status jones selama tiga tahun.
Gue menonton film itu di laptop dengan headset baru warna pink,
hadiah dari Mba Wati dan Om Luki weekend
kemarin. Jangan tanya kenapa gue nulis itu, gue cuma mau nulis saja karena Aul
pasti bakal cinta berat sama si pingky
ini.
Okay,
enough for cuap-cuip not important
and here we go for my comment about The Vow.
Ada dua alasan yang
melatar-belakangi gue untuk tertarik pada film tersebut. Satu, karena Channing
Tatum pemainnya, yang mana menurut gue dia adalah pria keren bin hot yang sumpah haram banget buat
diabaikan begitu saja. Dua, karena salah satu followers di twitter gue
bilang bahwa kissing scene-nya itu sumthin’ banget. Jangan protes, karena
rasa ingin tahu para remaja umumnya memang sedikit berbahaya dewasa ini, dan
gue nggak mau bertindak muna dengan mencari alasan lain.
Dan setelah satu jam empat puluh
menit dua puluh satu detik, akhirnya gue merampungkan kegiatan menonton film
itu dengan hati yang sepenuhnya termangu dalam bisu. Gue nggak akan me-review film itu, atau pun spoiler mengenai inti ceritanya, tapi
gue akan mengatakan dua pelajaran penting yang gue dapat dari film itu.
1. Maybe every single memories couldn’t be remembered, but the felt about
it was always have a way to come back to your self, especially to your heart.
2. Gue harus tetap bertahan dan
tinggal dengan orang yang gue cintai karena semua kebaikan yang pernah
dilakukannya, dan gue nggak bisa berdiri lalu pergi begitu saja hanya karena satu
kesalahan besar yang sudah dilakukannya, tidak peduli sesakit apa pun itu.
So,
I just have a superbig faith, that someday—I don’t even know when, but just let
me be a normal teenager—seseorang yang akan gue jadikan sebagai objek
penyataan cinta akan menjaga gue dan berusaha sekuat hatinya untuk membahagiakan
gue dan tetap bertahan dengan gue, even
if I got really stupid accident and I was stuck in a simply like hell trouble.
Gue berharap dia baik, sabar, penuh
pengertian juga perhatian, bersedia diajak bergembel ria di setiap tempat aneh
untuk menemani gue menulis, dan akan ikut berpartisipasi dalam setiap hal bodoh
yang gue rencanakan.
Maybe I have to wish that he will be more
handsome than Channing Tatum, Lee Min Ho, or Prince Stefan.
Satu Hari Setelah Lebaran Embe, 16-10-13
Juga setelah termehek-mehek karena keracunan The Vow
Dan ditantang Aulia Khoirunnisa supaya bisa dapat lunch gratisss
Tidak ada komentar:
Posting Komentar