Setelah berhari-hari
hanyut dalam sosok Channing Tatum di The Vow, akhirnya gue memutuskan untuk
menghatamkan satu film lain yang bertolak belakang dari film itu dan jatuhlah
putusan gue pada Pacific Rim.
Thanks to Fajar Prabowo, bagian Sumber Daya Perfilman gue, yang
dengan baik hati selalu memberikan film dengan gambar berkualitas bagus dan
kadang terlalu baik hati karena ngasih filmnya kebanyakan.
Nah, talk about Pacific Rim, hal pertama yang
membuat gue tertarik menonton film ini adalah karena film ini semacam bentuk
manifestasi dari imajinasi gue semasa kanak-kanak dulu. Pertama kali gue dengar
ide ceritanya melibatkan ‘Ranger’ dan ‘Robot Raksasa’, hal pertama pula yang
melintas di pikiran gue adalah “Ini power rangers versi Hollywood!”. Meski sebenarnya setelah gue lihat, sama sekali tidak
ada unsur Berubah-Menjadi-Power-Ranger-Penuh-Kibasan-Tangan-Dan-Gaya seperti
yang gue bayangkan.
For your information, gue ini penggila Power Rangers dan selalu
berharap bahwa suatu hari nanti gue akan direkrut oleh suatu organisasi rahasia
super-canggih demi menumpas para alien yang senangnya numpang eksis di
tengah-tengah kota. Gue bahkan berharap bisa jadian dengan salah satu Ranger—mungkin
Ranger merah yang ganteng dan berambut pirang madu—dan menjalankan kehidupan happily ever after, meski sebenarnya tidak
ada film Power Ranger yang menayangkan cerita seperti itu. Tapi biar sajalah
gue berkubang dalam imajinasi itu.
Back to Pacific Rim, menurut gue film ini cukup bagus dan punya
semacam ikatan batin yang bagus di antara para karakternya, khususnya dalam
hubungan orangtua-anak. Gue sempat menitikkan air mata di bagian perpisahan Father-and-Son dan disitulah gue baru
benar-benar bisa menghanyutkan diri gue sepenuhnya pada film. Karena di
bagian-bagian awal, jujur saja gue sama sekali tidak mendapat kesan dan justru
sibuk mengoceh dalam hati. Ada banyak hal yang menurut gue terlalu ‘aneh’ dan
sumpah demi malaikatnya Jace Herondale, para monsternya film ini very-very-very ugly dan super-duper
jorok kuadrat.
But in the end, gue benar-benar suka film ini. Setelah mengesampingkan
berbagai keanehan, dengan senang hati gue mengakui film ini cukup menegangkan
dan membuat gue berpikir tentang pentingnya mendahulukan kepentingan umum,
seperti jangan merokok ataupun ngorok di dalam angkot—abaikan saja.
Satu poin penting yang
menambah nilai film ini adalah tidak ada kontak fisik berlebihan antara aktor
dan akrisnya, juga karena pemeran utama
prianya—entah siapa namanya—sooo hot and
good looking, apalagi warna rambutnya itu loh u,u
Hari Ulang Tahun Aulia Khoirunnisa, 18-10-13
Setelah tidur tiga jam dengan perut sibuk
menggelar konser Rock
Euy... udah mlai aktip lagi nih yaaa ^^ blog yg lama apa baru niyh?? Qt feedback2an yuukkk aq jga ada blog... tapi blom dibenahin...
BalasHapus*liz
ohoho ini yg baru, yg lama udah wassalam mba :D hehehe iyasippp~
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus