Selasa, 25 Agustus 2015

Mini Gathering Penulis Elex


Hari Sabtu kemarin, tanggal 22 Agustus 2015, aku terpilih jadi salah satu dari 30 orang yang beruntung buat menghadiri acara gathering penulis Elex.
Memang kamu penulis Elex?
Masih calon, tapi kata Mba Naya, harus pede dari sekarang :p hihihi mari berdoa semoga editor kita tersayang Mba Afri akan menerima naskah Eternal Flame yang sudah revisi itu *komat-kamit berdoa*

Tujuan aku nulis ini ... mau pamer foto ^^ #plaaak! Acaranya dimulai jam 9 lebih dikit (banyak sih, tapi sibuk ngobrol jadi nggak ngitung wkwkwk) yang jelas, acaranya SERU BANGET! *maaf capslock keinjek gajah*

 Duo MC terbadai abad ini! Hahaha Mba Afri & Mba Intan, peaceee ya! 

Ada Mas Yodha juga Mas Edgar! 
Hihihi nggak inget jelasnya, pokoknya Mas Yodha itu bagian IT, 
kalau Mas Edgar satu tim sama Mba Indah di Prolis.

Elex memperkenalkan portal web-nya yang baru, yaitu Elexmedia.id serius kecenya karena wattpad, facebook, juga twitter, tumplek jadi satu di sana! Surgawi banget bagi para author dan reader. Siapa pun bisa bikin akun, lalu post cerita di sana. Benefit-nya? Selain dapat poin buat setiap postingan, ada kesempatan juga supaya naskah kita dilirik editor! Wiiiih, keren banget, kan?

Selain itu, ada ulasan soal Gramedia.com juga. Online shop yang sementara ini jualan buku. Ke belakangnya sih bakal lebih besar dan lebih macam-macam lagi jualannya. Tapiiii, koleksi bukunya itu lengkap! Kayaknya beli buku apa pun di sana pasti ada deh. Sekali-kali harus jajal nih hehehe.


Nggak ketinggalan, ada pembahasan soal siklus novel yang masuk ke toko buku, contohnya Gramedia. Kita kedatangan dua pembicara, Mas Yoyok dari Gramedia AON dan Mba Indri dari Gramedia Pondok Gede. Kita dikasih penjelasan dari awal novel masuk ke toko, sampai akhirnya di-return kalau memang kurang laku. Semoga semua penulis Elex novelnya laris-manis, amin!

Mba Indri yang sedang menjelaskan tentang buku best seller.

Pulang dari acara gathering ini, selain hati happy, aku bawa ilmu yang lumayan banyak juga. Memang benar, perjuangan penulis itu nggak berhenti waktu novelnya terbit. Justru harus makin berjuang karena setelah novelnya terbit, penulis harus heboh mempromosikan novelnya. Biar nggak kenalan sama si return. Nyesek euy denger pengalaman dari penulis-penulis pro lain yang sempet kenalan sama si return hiks.

Oh ya, acara ini kedatangan tamu spesial lainnya lho. Dia adalah seorang penulis merangkap scriptwriter. Keren banget! :D


Dan ta-daaaa! Aku pulang bawa banyak oleh-oleh hihihi ada goodie bag super kece, notebook, novel, juga voucher belanja gramedia senilai Rp. 50.000,-


Nah, ini sesi pamernya. Jangan iri ya, aku akhirnya bisa foto sama editor-editor kece, juga penulis best seller yippie~~

 
 Foto bareng Jenny Thalia Faurine, penulis best seller Elex yang baru nerbitin novel Wedding Rush.
Jangan lupa beli ya, guys!

 
Foto bareng Mba Afri, editor novel fiksi, yang kebetulan ngedit Eternal Flame juga.
Semoga gathering berikutnya full member grup Bekasi 
bisa foto bareng editor kesayangan kita ini ya! ^^

Nah, ini foto bareng Mba Dita, editor novel fiksi juga. Nggak kalah cantik sama Mba Afri hihihi~

Mba Naya, Emak KY, dan aku. Trio dari grup Bekasi yang paling rusuh.
Mba Dian dan Susi foto barengnya nyusul ya! ^^ 

Semoga makin sering diadain acara gathering keren semacam ini. Sooo happy bisa ngabisin waktu bareng orang-orang yang punya passion yang sama :) Terima kasih buat Elex Media yang sudah jadi penyelenggara, juga sudah menyediakan wadah buat kita di Elexmedia.id. Semoga makin sukses! Amin...



P.S : Semua foto yang ada di sini kuambil dari koleksi foto Mba Naya hihihi makasih Mba Nay! :D

Minggu, 23 Agustus 2015

Review : Mask (Drama Korea)


Drama ini mengusung tema doppelganger, perebutan kekuasaan, juga balas dendam. Pada intinya, genrenya melodrama. Khas ahjumma #plak!
Soo Ae yang berperan ganda sebagai Byun Ji Sook dan Seo Eun Ha, dipasangkan dengan Joo Ji Hoon sebagai Choi Min Woo. 


Lalu ada Yu In Yeong yang berperan sebagai Choi Mi Yeon, kakak Min Woo, sekaligus istri dari Yeon Jong Hun yang dalam drama akan kita panggil sebagai Min Seok Hoon. Alias si tokoh antagonis dalam drama ini.


Cerita ini dimulai dengan kesepakatan pernikahan antara Eun Ha dan Min Woo. Mereka ‘nikah kontrak’ istilah gampangnya. Eun Ha supaya pilpres ayahnya sukses, sementara Min Woo supaya bisa jadi pewaris. Usut punya usut, ternyata Eun Ha ini punya affair sama Seok Hoon yang menikahi Mi Yeon (kakak Min Woo) dengan niat balas dendam pada keluarga Choi.



Namun sebelum pernikahan terjadi, Eun Ha meninggal karena tenggelam di kolam renang kediaman keluarga Choi. Tidak ada satu pun yang tahu kecuali Seok Hoon. Dan Seok Hoon yang dendamnya sudah di tahap membutakan, menolak untuk menyerah. Dia tetap menjalankan rencananya, dengan cara mencari pengganti Eun Ha.


Byeon Ji Sook adalah wanita yang pada akhirnya menggantikan Eun Ha. Dia bekerja sebagai SPG dan ayahnya terlilit hutang yang besar. Seok Hoon berhasil memaksa Ji Sook untuk menjadi sekutunya dan memalsukan kematian Ji Sook, sehingga akhirnya Ji Sook pun hidup sebagai Eun Ha.


Ji Sook menikah dengan Min Woo. Awal pernikahan yang cukup lucu sebenarnya, karena Ji Sook yang baik harus bersabar menghadapi Min Woo yang super cerewet, punya OCD, juga punya pemikiran bahwa Ji Sook hanyalah wanita mata duitan.


Tapi yaaaah namanya juga drama korea, cinta pasti tumbuh di antara dua orang berbeda kasta ini—meskipun Min Woo nggak tahu kalau Ji Sook itu sebenarnya bukan Eun Ha.


Untuk cerita lengkap, monggo ditonton langsung dramanya ^_^ hihihi dijamin bakal ikut gigit-gigit guling karena gemes.

Satu kalimat yang bikin gue bertahan di awal nonton drama ini adalah : if you wear a mask, you will never be happy. Well, is it true? ‘Cause I have to admit, I wear a mask too. And I’m happy.
Gue salah satu dari sekian banyak orang yang membenarkan quote dari Joker : give a man a mask and he’ll become his true self.

Pada akhirnya, drama ahjumma yang awalnya gue bilang nggak akan gue tonton ini jadi salah satu drama terbaik versi gue di tahun ini. Bukan cuma karena storyline-nya yang kompleks juga pemainnya yang keren, tapi gue juga suka baju-baju yang dipakai Soo Ae #blepok! Hahaha pokoknya, outfit-nya lucu-lucu ^_^

Daaaan ada di imut Hoya di sini!!! *histeris* Dia kebagian peran sebagai Byun Ji Hyuk, adiknya Ji Sook. Duh, karakternya keren. Cinta keluarga, selalu dukung kakaknya juga. Bikin baper #eh

See? Imut banget si abang satu ini! >.< 



Selalu suka scene-scene manis antara Ji Sook dan Min Woo. Khusus untuk Min Woo, dia ini tipe cowok yang gengsian hahaha lucu deh lihat interaksinya mereka. Selalu sukses bikin senyum-senyum sendiri.






Waktu Min Woo tahu Ji Sook sebenarnya buka Eun Ha, mereka berniat mau cerai. Tapi yang lucu, waktu bagian mediasi, mereka bukannya curhat soal kejelekan pasangan, malah curhat soal gimana pasangannya mereka itu sempurna buat mereka. Hihihi sweet banget!


Oh ya, soal OCD-nya Min Woo, dia itu selalu berhalusinasi setiap lihat air. Penyebabnya karena dia trauma, waktu kecil ibunya meninggal tepat di depan matanya sendiri karena berusaha menyelamatkan Min Woo yang tenggelam. Min Woo bahkan nggak suka disentuh, nggak suka tidur bareng orang lain, juga selalu mimpi buruk. Tapiiii lambat laun Ji Sook bisa menyembuhkan Min Woo. Benar ya, kekuatan cinta itu lebih dahsyat dari obat! Xixixi~


Sedangkan Seok Hoon dan Mi Yeon *sigh* gue sebel sama Seok Hoon yang tetap hidup sama kebencian juga dendamnya. Heran deh, punya istri cantik, kerjaan bagus, juga hidup mapan, ngapain lagi dia bikin huru-hara? Tapi namanya juga drama, nggak ada yang jahat nggak asyik.

Waktu selesai nonton drama ini, gue dapat inspirasi soal hidup sama dendam. Buat dibikin novel #plaaak! Hahaha okelah sekian review gaje ini. Jangan ditambahin, nanti gue dilemparin tomat XD
Sampai bertemu di review selanjutnya! ^_^

P.S : Bonus foto keluarga Min Woo dan Ji Sook, juga anak perempuan mereka yippie~~



Kamis, 30 Juli 2015

Review : Psycho-Pass (Anime)


            Anime yang berhasil menggugah hati gue untuk menulis kesan adalah Psycho-Pass. Harus gue akui film ini terlalu ‘jelas’ dalam menampilkan kejahatan dan komplotannya—yang mana membuat gue nggak nafsu makan juga melipat jidat selama nonton—tapi di atas semua itu, gue menemukan banyak hal menarik dalam anime kejam ini.


            Psycho-Pass mengangkat cerita dari masa depan, di mana era teknologi canggih yang serba otomatis bisa menentukan takdir seseorang hanya dengan membaca gelombang emosinya. Mereka memiliki suatu sistem yang dinamakan Sybil System. Nah, sistem ini berfungsi untuk memutuskan apakah orang tersebut baik, jahat, cerdas, bodoh, berhak untuk meraih cita-cita, atau hanya sekadar sampah masyarakat.
            Dalam satu dan lain hal, sistem ini sangat efektif. Contohnya, tindak kejahatan bisa diminimalisir dan ketertiban bisa diwujudkan secara nyata, karena ketika seseorang terdeteksi memiliki warna Psycho-Pass yang gelap, orang itu akan dimasukkan ke dalam rehabilitasi demi mencegah kejahatan yang mungkin dilakukannya. Menurut gue pribadi, dasar hukumnya sedikit mirip dengan Minority Reports, hanya saja kemasan cerita dan karakter Psycho-Pass lebih menarik dan lebih kejam.
            Di sisi lain, Sybil System ini pun memiliki banyak kekurangan juga keburukan. Sistem canggih ini mampu menghancurkan hidup seseorang dan membuatnya terasingkan dari masyarakat hanya karena sistem ini memutuskan bahwa warna Psyco-Pass orang itu gelap. Ketika orang itu mencapai angka yang melebihi batas normal Koefisien Kriminal, ia akan dilabeli dengan sebutan Kriminal Lethal dan mustahil baginya untuk kembali ke kehidupan normal. Satu-satunya pilihan yang tersisa, jika ia memiliki bakat adalah dengan menjadi Penegak di Biro Keselamatan Publik. Istilah kasarnya menjadi anjing pemburu milik polisi dan melakukan hal-hal kotor seperti mengeksekusi tersangka kriminal.


            Di tempat inilah kita berkenalan dengan Kougami Shinya, seorang mantan inspektur yang karena suatu kasus akhirnya dilabeli dengan sebutan Kriminal Laten dan menjadi Penegak. Lawannya adalah Makishima Shougo, seorang pria tampan berambut putih dengan warna Psycho-Pass yang selalu cerah meskipun ia sedang membunuh. Ya, benar, lawan Kougami adalah seseorang yang tidak tersentuh Dominator—senjata dengan kemampuan menghitung Koefisien Kriminal dan memutuskan jenis tembakan yang sesuai.


            Sejak awal film ini menyuguhkan karakter-karakter unik yang kuat dengan caranya masing-masing. Tapi di antara seluruh karakter itu, karakter favorit gue adalah Makishima Shougo, sang penjahat utama. Kenapa? Karena dia ganteng, cute, matanya melelehkan hati, pinter, tegas, dan punya pola pikir yang menarik. Gue ngerti pertanyaan-pertanyaan juga penilaian Makishima terhadap hidup. Meskipun dalam kasus berbeda, tapi gue tahu alasan dari seluruh kejahatannya itu sederhana; dia hanya ingin hidup yang normal. Dia berharap kemajuan teknologi akan berjalan seiringan dengan kemajuan sumber daya manusia. Bukan berarti caranya benar dengan melakukan pembunuhan dan sebagainya, tapi gue mengagumi pola pikirnya.


            Setelah merampungkan anime ini, gue belajar beberapa hal. Satu, kita harus punya sikap pantang menyerah bahkan meskipun hukum berlaku tidak adil. Dua, hukum itu ada bukan untuk melindungi kita, tapi kitalah yang melindungi hukum dan berjuang untuk mendapat keadilan seperti yang seharusnya. Dan tiga, hidup ini meskipun terkadang kejam, namun tetap memberi kita pilihan.
Gue akhirnya sadar bahwa seburuk apa pun pilihan yang tersedia di hidup gue, setidaknya gue masih bisa memilih. Jadi ketika gue nanti memilih, gue akan menyesal, lalu berusaha untuk membuatnya menjadi pilihan terbaik dan mensyukurinya.
            Hidup tidak akan selalu berakhir bahagia, tapi setidaknya kita bisa membuat akhir yang lebih baik.



P.S : Anime ini ada season 2-nya. Tapi karena nggak ada Kougami dan nggak ada yang ganteng juga, gue nyerah di episode 7 XD #plaaaak
Sampai ketemu di review selanjutnya~ 

Rabu, 29 Juli 2015

Review : High Society (Korean Drama)





            Hari ini gue baru aja ngeberesin satu drama, yakni High Society yang dibintangi Sung Joon dan UEE (After School). Drama ini menceritakan tentang orang beda kasta yang jatuh cinta. Yah intinya gitu~
            Download drama ini satu minggu yang lalu, iseng karena nggak ada tontonan—padahal lagi on going nonton Mask dan The Time We Were Not In Love hihihi—dan ternyataaaaa gue benar-benar mati bosan di episode dua. *sigh*
            Tapi kok bisa selesai nontonnya?
            Nah, apalagi alasannya kalau bukan karena cowoknya ganteng? #plaaak



            Jadilah, gue nonton drama ini sampai selesai. Dikebut, main skip-skip aja, karena memang yang gue tonton cuma Sung Joon-nya aja. Di sini Sung Joon berperan sebagai Choi Joon Gi, seseorang dari keluarga biasa yang jenius dan punya cita-cita untuk hidup jadi orang kaya. Jadilah dia PDKT ke UEE yang berperan sebagai Jang Yoo Na, anak chaebol, supaya nantinya bisa nikah terus ikut jadi orang kaya.



            Tapi terus ketahuan deh motifnya si Joon Gi. Yoo Na marah, mereka putus. Tapi Joon Gi udah beneran suka. Dan muter-muterlah mereka di situ sampai akhirnya balikan di episode akhir, episode 16.
            Hal lain yang bikin gue bertahan nonton ini karena jarang banget lihat pemeran utama cowoknya jahat. Okelah, nggak jahat dalam artian yang jahat banget, tapi dia bukan tipe yang bikin melting. Dan alasan lain gue suka Sung Joon juga itu, auranya seksi! #doubleplak


Menurut teman yang lain, yang nonton juga, dia suka sama pasangan sampingnya, Chang Soo dan Ji Yi. Nah kondisinya mereka berdua kebalikan Joon Gi dan Yoo Na, karena yang kaya si Chang Soo dan yang miskin si Ji Yi. Kayaknya sih, model meteor garden gitu. Nggak tahu deh, nggak nonton soalnya wkwkwk.
Maafkan review abal-abal ini. Cuma mau nulis something karena hampir 2 minggu libur nulis. *nangis di dada Sung Joon*
Sampai ketemu di review selanjutnya~

P.S : Bonus foto cute Joon Gi-Yoo Na. Entah kenapa suka banget foto mereka yang ini hihihi XD


Selasa, 28 Juli 2015

Review : Another (Anime)


          
            Anime ini mengusung tema horror berbalut kesadisan dalam setiap episode kematiannya. Dengan berlatarkan kota Yomiyama entah di bagian mana Jepang, sekelompok siswa SMP kelas 9 menyuguhkan cerita tidak biasa yang meski sederhana namun mampu memancing bulu kuduk untuk menari hip-hop.



            Anime ini dibuka dengan penuturan seorang narator yang menceritakan tentang seorang bernama Misaki yang meninggal 26 tahun lalu. Ia adalah siswa SMP di kota itu, tepatnya kelas 9-3. Ia anak yang baik, pintar dalam akademik maupun atletik, dan sangat disayangi oleh teman-temannya. Ketika ia meninggal, teman-temannya tetap bersikap seolah ia masih ada. Mereka bahkan menyediakan kursi saat upacara kelulusan. Dan tanpa disangka, Misaki benar-benar datang pada acara itu dan muncul sebagai penampakan di foto.
           Sejak saat itu dimulailah kutukan yang menimpa kelas 9-3 dari tahun ke tahun hingga sekarang. Setiap orang yang terhubung dengan kelas itu akan mati, entah dirinya sendiri atau mungkin keluarganya. Kutukan itu akan terjadi ketika jumlah siswa di kelas itu bertambah.
           Suatu hari di bulan Mei, datanglah seorang siswa pindahan dari Tokyo ke kelas 9-3, Sakakibara Kouichi. Tentu saja, setelahnya dimulai serentetan kematian tragis tanpa penyebab pasti.




          Pada episode-episode ini, kita akan disuguhkan gambar berbagai macam cara kreatif untuk kehilangan nyawa. Backsound juga ekspresi para karakternya semakin mendukung ‘kemeriahan’ prosesi kematian demi kematian dalam anime ini, mengundang penontonnya untuk mengernyit juga menyumbang tempo entakan jantung yang berlebih.
            Another mengajak kita untuk menyelami sebuah kutukan non-sense bin impossible but make you stay until you find the answer. Berisikan 12 episode dengan alur lugas tanpa terkesan terburu-buru, anime ini berhasil merebut perhatian para penontonnya untuk bersedia memahami ide cerita sederhana yang dibumbui dengan unik.



          Sayangnya, dari anime ini gue nggak menemukan chemistry yang mumpuni antara karakternya. Mungkin karena mereka masih SMP? Atau memang penulisnya hanya berfokus pada pesta darah? Intinya setelah menonton anime ini, meski gue puas karena sudah dibuat deg-degan juga geregetan, gue nggak nemuin keterikatan emosi dengan karakternya. Gue nggak nemuin satu pun karakter yang berhasil menahtakan dirinya dalam hati gue. Sangat disayangkan, karena sesungguhnya Sakakibara Kouichi itu imut tanpa tanggung-tanggung #apasih -__-
            Nah, apakah akhirnya siswa kelas 9-3 yang tersisa mampu bertahan hidup? Akankah mereka menemukan cara untuk menyelamatkan nyawa mereka dari kejeniusan sang scriptwriter yang dengan mudah menciptakan kematian dramatis? Berhasilkah mereka menguak misteri dibalik kengerian dari kutukan tersebut? Temukan jawabannya di anime Another bersama si imut Sakakibara-kun yeeeah \(^o^)/



            Satu pelajaran penting yang gue dapatkan dari film ini adalah kematian sangat dekat dengan hidup. Ketika kita menjalani hidup, entah suka atau duka, kita juga berjalan selangkah lebih dekat dengan kematian. Kematian itu pasti, nyata, dan selalu berada di sekitar kita. Menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan kehadirannya. So, don’t waste your time!


Senin, 08 Juni 2015

Untukmu yang Tak Mampu Kuraih

Ada satu pengakuan yang begitu ingin kuakui.
Ya, satu pengakuan, sebuah kalimat hanya dengan dua kata di dalamnya.
Bukan, aku sama sekali tidak berniat mengakuinya pada dunia. Hanya padamu. Namun pada kenyataannya, ketika hidup mendirikan benteng tak kasat mata yang mustahil dihancurkan dengan apa pun, akhirnya kuakui satu kalimat dengan dua kata itu pada dunia.
Kamu tahu, pada malam-malam sepi ketika aku menangis sendiri, aku mengingat segalanya. Tentang makanan yang selalu kita bagi bersama, percakapan bodoh yang mengisi keheningan, juga foto-foto konyol yang terabadikan.
Pada saat-saat seperti itu, aku ingin berteriak pada dinding yang mengungkungku.
“Untuk apa aku ada, jika kamu tidak ada?!”
Namun tentu saja, tidak kulakukan hal itu. Karena semua orang mengenalku sebagai aku yang tidak peduli padamu. Aku, yang tetap berdiri teguh menatap kepergianmu. Aku, yang menghapus seluruh kenangan tentangmu agar mampu menjalani hidup. Aku, yang tetap tertawa lepas meski tak lagi memilikimu.
Mereka tidak perlu tahu lukaku. Tidak, aku tidak bisa membiarkan mereka tahu. Mereka tidak boleh tahu, bahwa ada aku yang lain di dalam tubuh ini. Ya, aku yang lain. Aku yang tidak pernah berhenti menyayangimu, bahkan ketika hidup dengan kejam merenggutmu. Aku yang tetap membisikkan doa untukmu di setiap hela napasku. Aku yang selalu berharap, kamu akan kembali berbalik untuk meraihku.
Aku yang seharusnya tidak kubiarkan tetap hidup.
Karena sungguh, apalagi yang tersisa untuk kuharapkan? Tidak ada. Perjuanganku sia-sia, bahkan sebelum aku berusaha. Kamu tidak ada lagi di sana. Kamu bukan lagi orang yang sama. Kamu yang berubah karena kesalahan bodoh yang bahkan bukan salahmu. Kamu yang pada akhirnya memilih untuk meninggalkanku, ketika aku benar-benar membutuhkanmu.
Terkadang aku larut dalam lamunan, memikirkan masa depan yang seharusnya menjadi milik kita. Masa depan yang menerakan nama kita dalam satu halaman yang sama. Masa depan di mana aku bisa tertawa denganmu, bebas berbagi segalanya denganmu, juga selalu menemanimu di setiap fase perkembangan itu. Melihat langit membiru, lalu menggelap bersamamu. Menghabiskan sisa hidup dengan membuat kenangan tentang aku dan kamu, tanpa tangis mengkristal ataupun jeritan teredam di dalamnya.
Namun hidup bukan kertas kosong yang bisa kutulis sesuka hati, bukan? Ketika hidup berbalik memunggungiku, merenggutmu dari genggamanku, hanya satu hal yang bisa kulakukan; melepasmu.
Ya, aku melepasmu. Karena terkadang, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan melepaskan. Percayalah padaku, ketika kukatakan bahwa aku melepasmu, itu bukan karena aku sanggup. Namun karena aku harus.
Aku harus melepasmu.
Ah, sebelum kuakui satu kalimat pengakuan itu, bisakah aku bertanya terlebih dulu? Tentu saja, kamu tidak bisa menjawabnya. Namun aku akan tetap bertanya.
Haruskah kita menapaki jalan ini? Jalan yang bersimpangan, yang kuyakin tak kan menyatukan kita di akhir nanti.
Untuk apa kita berdiri di tempat ini? Tempat yang berada di ujung yang berseberangan, yang kutahu tak kan membiarkan kita kembali.
Mengapa harus kamu dan aku yang menanggungnya? Bukankah semua itu bukan kesalahanku, tidak juga kesalahanmu? Lalu mengapa hidup memilih untuk menghukum kita alih-alih mereka? Menurutmu, adilkah penderitaan yang kini menghiasi hidup kita, ketika kita bahkan sejak awal tidak bisa memilih?
Kita tidak memilih pilihan ini. Karena kita bahkan tidak memiliki kesempatan untuk memilih. Bukan kita yang memilih, lalu mengapa kita yang harus menanggung konsekuensi? Apa kesalahan yang sudah kita perbuat? Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?
Seandainya aku memiliki satu permintaan yang akan menjadi nyata, aku akan memintamu. Untuk kembali menjadi kamu. Untuk kembali ke sisiku.  Karena sungguh, kamu adalah satu-satunya bagian tak terelakkan dalam hidupku yang tidak akan pernah mampu kuhapus. Kamu adalah satu-satunya bagian dari diriku yang tak kan pernah kurelakan tergerus oleh waktu. Kamu adalah segalanya untukku. Dulu, sebelum kamu memilih untuk pergi meninggalkanku.
Aku tahu seluruh rangkaian kalimat ini tidak akan sampai padamu. Namun biarkan aku, untuk sekali saja, menyerah pada kelemahan sang hati. Biarkan aku untuk mengingatmu dalam derai tangis. Biar. Biarkan aku. Untuk satu kali ini saja. Hanya untuk kali ini.
Dan aku mengakuinya.
Aku merindukanmu.
Aku merindukanmu.

Aku… Merindukanmu… 
A.P.S

Selasa, 27 Januari 2015

Fisika dalam Cinta

            Kau adalah jalan tanpa muara.
            Kau memberiku harap, namun tak juga genap.
      Kau mengajakku untuk menyelami setiap sudut istimewamu, lalu memaksaku mengingat kemungkinan yang jelas tak ada.
            Kau matahari yang menyinariku, tanpa sekalipun mampu kerasakan hangatnya.
            Kau dan aku.
Sesingkat kalimat itu, kau bawa asaku menuju lingkaran di mana hanya ada kau yang sanggup memberiku daya. Kau tak lelah menganugerahi kepiawaianmu dalam menyerapku, lalu melepasku. Kau adalah sang hati tanpa pasti, sebentuk nurani tanpa hakiki.
            Aku membiarkanmu terus berlari. Memutari jalan ini, meski hanya menemukan perih.
            Aku menunggumu tanpa henti. Mengharap kau mengerti, namun tak juga menuai pasti.
           Kau berada dalam dimensi tempat impianku bersemi. Dari setiap sisi, kau menawanku untuk tak beranjak pergi. Kau terasa abadi. Seperti daun-daun yang terhenti ketika angin melirih.
         Ingatkah kau ketika bumi memilih untuk memantulkanmu ke bagian yang lain sementara aku terkungkung dalam gravitasi?
          Kau tak peduli, karena bagimu aku hanya denting yang mengisi sepi. Namun, mengapa kau tak berhenti menghampiri? Tidakkah cukup segala tekanan dalam seluruh luas hatiku ini? Bahkan saat hati ini disandingkan dengan kesanggupannya, mustahil kau temukan arti. Segalanya tertutup rapat, tersimpan seiring berlalunya hari.
     Namun aku tak sanggup mengabaikanmu. Jarak ini hanya membuat waktuku untuk merindukanmu semakin sulit. Aku hanya terus bermimpi, meminta bumi untuk menarikmu kembali. Tidakkah itu suatu hal yang sia-sia? Sementara aku tahu, kita bukanlah kutub yang berlawanan. Bagaimana caraku menarikmu?
        Karena ketika aku menginginkanmu untuk rebah di tangan ini, kau telah terlingkupi sebentuk lengan lain. Lengan yang tak menjadi kepunyaanku. Lengan yang tak akan membawamu padaku.
         Kau dan aku. Aku ingin suatu hari nanti, kita akan menjadi resultan yang berlawanan arah. Agar kita mampu saling meniadakan. Sehingga jalan kita tak harus saling bertumbukan. Dan kehadiran kita tak lagi menjadi beban.


27-01-15
Setelah galau karena Kuroko no Basuke season 3
Ditemani lagu Pupus dari Dewa 19