Selasa, 28 Juli 2015

Review : Another (Anime)


          
            Anime ini mengusung tema horror berbalut kesadisan dalam setiap episode kematiannya. Dengan berlatarkan kota Yomiyama entah di bagian mana Jepang, sekelompok siswa SMP kelas 9 menyuguhkan cerita tidak biasa yang meski sederhana namun mampu memancing bulu kuduk untuk menari hip-hop.



            Anime ini dibuka dengan penuturan seorang narator yang menceritakan tentang seorang bernama Misaki yang meninggal 26 tahun lalu. Ia adalah siswa SMP di kota itu, tepatnya kelas 9-3. Ia anak yang baik, pintar dalam akademik maupun atletik, dan sangat disayangi oleh teman-temannya. Ketika ia meninggal, teman-temannya tetap bersikap seolah ia masih ada. Mereka bahkan menyediakan kursi saat upacara kelulusan. Dan tanpa disangka, Misaki benar-benar datang pada acara itu dan muncul sebagai penampakan di foto.
           Sejak saat itu dimulailah kutukan yang menimpa kelas 9-3 dari tahun ke tahun hingga sekarang. Setiap orang yang terhubung dengan kelas itu akan mati, entah dirinya sendiri atau mungkin keluarganya. Kutukan itu akan terjadi ketika jumlah siswa di kelas itu bertambah.
           Suatu hari di bulan Mei, datanglah seorang siswa pindahan dari Tokyo ke kelas 9-3, Sakakibara Kouichi. Tentu saja, setelahnya dimulai serentetan kematian tragis tanpa penyebab pasti.




          Pada episode-episode ini, kita akan disuguhkan gambar berbagai macam cara kreatif untuk kehilangan nyawa. Backsound juga ekspresi para karakternya semakin mendukung ‘kemeriahan’ prosesi kematian demi kematian dalam anime ini, mengundang penontonnya untuk mengernyit juga menyumbang tempo entakan jantung yang berlebih.
            Another mengajak kita untuk menyelami sebuah kutukan non-sense bin impossible but make you stay until you find the answer. Berisikan 12 episode dengan alur lugas tanpa terkesan terburu-buru, anime ini berhasil merebut perhatian para penontonnya untuk bersedia memahami ide cerita sederhana yang dibumbui dengan unik.



          Sayangnya, dari anime ini gue nggak menemukan chemistry yang mumpuni antara karakternya. Mungkin karena mereka masih SMP? Atau memang penulisnya hanya berfokus pada pesta darah? Intinya setelah menonton anime ini, meski gue puas karena sudah dibuat deg-degan juga geregetan, gue nggak nemuin keterikatan emosi dengan karakternya. Gue nggak nemuin satu pun karakter yang berhasil menahtakan dirinya dalam hati gue. Sangat disayangkan, karena sesungguhnya Sakakibara Kouichi itu imut tanpa tanggung-tanggung #apasih -__-
            Nah, apakah akhirnya siswa kelas 9-3 yang tersisa mampu bertahan hidup? Akankah mereka menemukan cara untuk menyelamatkan nyawa mereka dari kejeniusan sang scriptwriter yang dengan mudah menciptakan kematian dramatis? Berhasilkah mereka menguak misteri dibalik kengerian dari kutukan tersebut? Temukan jawabannya di anime Another bersama si imut Sakakibara-kun yeeeah \(^o^)/



            Satu pelajaran penting yang gue dapatkan dari film ini adalah kematian sangat dekat dengan hidup. Ketika kita menjalani hidup, entah suka atau duka, kita juga berjalan selangkah lebih dekat dengan kematian. Kematian itu pasti, nyata, dan selalu berada di sekitar kita. Menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan kehadirannya. So, don’t waste your time!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar