Jumat, 25 Oktober 2013

Kembali untuk Harapan

            I have a superduper terrible day in this week. I’m messed up in every way that I knew.
            Minggu ini adalah masa di mana bom waktu yang gue simpan meledak berhamburan tak tentu arah, bom yang sudah gue erami layaknya induk ayam mengerami telurnya selama berbulan-bulan. Ketika gue kehabisan tenaga untuk menahan bom itu, efek meledaknya seperti meluluh-lantakan hati hingga tak bersisa, dan yang bisa gue lakukan hanya menangis-mengacau-meresahkan para kerabat-melarikan diri.
            Gue benar-benar berniat untuk menyerah saja sekalian, karena untuk apa bertahan jika alasan yang mempertahankan gue selama ini akan pergi tanpa mampu gue selamatkan? Satu-satunya alasan yang membuat gue bertahan untuk ribuan harapan, percaya akan masa depan yang lebih baik, sekolah, belajar, juga berjuang untuk hidup. Alasan itu terenggut begitu saja karena sebuah putusan yang mungkin ditujukan untuk menguji kekuatan hati gue, namun sekali ini gue sungguh-sungguh tidak mampu menahannya lagi. Gue menyerah untuk bertahan. Gue lelah dan gue siap untuk melepaskan.
Gue bahkan sudah tidak yakin pada diri gue sendiri dan yang paling parah, gue mendorong setiap orang yang gue cintai untuk meninggalkan gue. Ya, gue mendorong mereka semua untuk mengakui kelemahan gue dan gue membiarkan mereka untuk beranjak pergi.
            Karena saat masalah menjadi begitu menyesakkan, tak ada jalan kembali untuk memutar langkah selain mencoba untuk melepaskan. Dan saat bertahan tak lagi mampu menahan setiap luka, harus selalu ada yang dikorbankan. Itulah yang gue tahu.
            Namun orang-orang yang sudah gue dorong untuk pergi, tetap berkeras bahwa selalu ada jalan kembali. Bahkan untuk sebentuk hati yang patah, yang tak lagi mampu mengandung harapan. Akan selalu ada kesempatan untuk setiap orang—seburuk apa pun orang itu—memperbaiki dirinya; kesempatan kedua.
            Mungkin ini klise—karena bahkan gue sudah pernah menulis novel bertema serupa—namun gue benar-benar merasakan harapan itu masih ada. Saat mereka tetap berjuang mempertahankan gue, barulah gue tahu harapan itu belum meninggalkan gue. Gue masih memiliki kesempatan kedua.
            Bahkan setelah gue bersikap bodoh, menyia-nyiakan setiap waktu, juga berniat untuk menyerah kalah pada keadaan, mereka tetap ada. Mereka; yang telah gue nilai sebagai tempat yang tak bisa gue sebut sebagai keluarga, yang telah gue tinggalkan demi kelemahan hati gue, juga yang telah gue kecewakan karena keputusan egois gue.
            Mereka tetap ada, bahkan setelah segala hal buruk yang gue lakukan.
            Gue sadar akan setiap resiko yang bisa gue dapatkan karena kembali mendekap harapan, namun gue akan melakukan segalanya untuk tetap tegak, untuk tetap berjuang. Karena setiap keyakinan yang pernah gue yakini membawa gue pada kesimpulan bahwa tak ada manusia yang lebih buruk selain manusia yang menyerah untuk berjuang. Dan gue tidak akan menjadi salah satunya; gue akan tetap berjuang meski gue harus terjatuh, terpuruk, dan terluka lagi.
            Terkadang, kita bisa begitu buta akan satu hal yang begitu jelas di depan mata hanya karena hal itu tertutup oleh kesederhanaan. Kita selalu mengharapkan hal baik dengan bungkus yang tak kalah baik. Padahal sesungguhnya, tak ada yang lebih baik selain hal baik yang terbungkus oleh kesederhanaan.
            Dan itulah yang gue temukan dalam keluarga kecil gue, yang tetap bertahan menghadapi setiap kebodohan dan keegoisan gue, juga memberi kekuatan saat gue bahkan tak lagi memiliki tempat untuk gue sebut sebagai ‘rumah’.
            Kita melakukan kesalahan, namun itu adalah hal yang wajar ketika kita melakukannya untuk kali pertama. Dan ketika kita melakukannya lagi, maka hal itu tak lagi menjadi pemakluman, karena itu adalah pilihan. Itulah sebabnya setiap orang berhak untuk kesempatan kedua.
            Untuk seluruh anggota HIRISMAN 7 Bogor, yang sudah bersedia menyangga dan mendukung gue di masa terburuk gue, terima kasih. Hanya itu kata yang sanggup gue ucapkan untuk kalian. Mungkin benar Allah SWT menguji gue karena Dia tahu gue mampu, Allah Maha Mengetahui, right? Dan mungkin kalian adalah anugerah yang nggak pernah gue sadari—karena kita melalui banyak hal baik juga buruk bersama—sebuah keluarga yang gue harapkan meski tak sempurna, dan gue baru menyadari itu saat gue nggak lagi memiliki kalian.
            Terima kasih juga untuk Sulistya Ningrum, sepupu baik hati yang kadang nyebelin setengah hidup, yang membuat gue sadar bahwa gue harus tetap berjuang. Untuk Gita Bernadus, yang nggak pernah berhenti menyediakan bahunya untuk setiap air mata gue. Untuk Aulia Khoirunnisa, yang punya pandangan berbeda pada hidup, membuat gue tahu setiap kesalahan gue. Untuk Riska Amelia, Muhammad Hafiz, dan Bintang G.M yang sudah membuat gue belajar untuk menerima kenyataan. Untuk Andhika Dwiantara Poetra yang nggak pernah memecat gue dari jabatan adiknya yang cengeng. Juga untuk Helsien A.M yang dengan berbesar hati membiarkan gue memilih jalan gue dan tetap berusaha menyelamatkan sisa-sisa harapan gue. Terima kasih untuk setiap orang yang telah membantu gue, meski tanpa kalian sadari.
            Dan yang paling utama terima kasih untuk Allah SWT yang tak pernah menyerah pada gue, yang selalu melindungi gue, dan selalu mengirimkan orang-orang berharga dalam hidup gue untuk mengajari gue arti dari kehidupan.
Gue nggak akan berjanji bahwa gue pasti berubah menjadi gadis yang lebih baik, karena gue pasti akan kembali mengacau, namun gue berjanji akan mencobanya. Gue akan berjuang dan nggak menyerah pada keadaan. Gue akan membuktikan bahwa masalah ini—yang benar-benar gue benci namun harus gue hadapi—akan membawa masa depan yang lebih baik untuk hidup gue.
Dan gue akan kembali percaya.

NB : Gue menulis ini untuk mengingatkan diri gue di kemudian hari ketika gue kembali mengacau dan ingin menyerah. Gue harus ingat bahwa seburuk apa pun masalah hingga keadaan tak memungkinkan untuk bertahan, selalu ada kesempatan dan jalan untuk kembali berjuang.

Hari Besar Islam, 25-10-13
Setelah merenung dan membaca ulang setiap kalimat motivasi

Juga setelah membaca direct message dari Helsien A.M

4 komentar:

  1. 'siapapun kamu, kamu adalah seorang pemenang' kamu udah menang nui, menang dari masalah kamu. kamu hebat, kaka salut! :'){}

    BalasHapus
  2. whatever you choose, wherever you go, i just wanna support you, my best ({}) stay be "nui" and i wish you can stronger and stronger and much stronger than tommorow, you know it, WE know it :) so, dont give up for your problem, you can resolve it and back to your hope :") ganbatte kudasai nui-chan <3 wish tommorow will be better ~ ^^ sory if i cant help you more than this :) -konan-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeah, thank you so much for your support min. You're already known that it mean everything to me :') glad to have you in my terrible life hahaha stay be 'mimin' too :D

      Hapus